Tuesday, October 4, 2011

Aminah Assilmi


Gadis yang Membawa Sebuah Misi


Aminah
Aminah Assilmi
"Saya sangat gembira bahwa saya seorang Muslim. Islam adalah jalan saya. Islam adalah detak jantung saya. Islam adalah darah yang mengalir dalam  pembuluh saya. Islam adalah kekuatan saya. Islam adalah hidup saya, yang dengannya hidup menjadi menakjubkan dan indah. Tanpa Islam saya bukanlah apa-apa, dan seandainya Allah memalingkan wajah-Nya yang megah dari saya, niscaya saya tidak akan sanggup bertahan."


Seorang Gadis dalam sebuah Misi
Melihat Sekuntum Mawar Merekah - Kuncup demi Kuncup
Sebuah Pengorbanan untuk Iman dan Keyakinan
Pertolongan Allah selalu Dekat !
Pancaran atas Cinta dari Allah

 

Seorang  Gadis dalam Sebuah Misi


Ini semua dimulai karena sebuah kesalahan komputer.
Dia adalah seorang gadis Southern Baptist, seorang feminis radikal, dan seorang jurnalis untuk media siaran. Dia seorang gadis dengan kemampuan yang tidak biasa, sangat menonjol di sekolah, menjadi unggulan di usianya, penerima beasiswa, menjalankan bisnis sendiri, bersaing dengan para profesional dan berhasil memperoleh penghargaan--semua itu berhasil ia capai saat masih menjadi mahasiswa. Kemudian pada suatu hari sebuah kesalahan komputer (computer error) terjadi, yang membuat dirinya menjalani sebuah misi sebagai seorang Kristen yang taat, untuk suatu tujuan. Akhirnya, ternyata, hasilnya justru sebaliknya. Sesuatu terjadi yang pada akhirnya mengubah seluruh hidupnya dan orang-orang di sekitarnya.

Ini terjadi pada tahun 1975 ketika pertama kalinya komputer digunakan untuk pra-regristasi sebuah kelas di perguruan tinggi. Dia mengambil program kesarjanaan di bidang Pariwisata. Ia melakukan pra-pendaftaran untuk kelasnya dan kemudian kembali ke Oklahoma City untuk mengurus bisnis. Tiba waktunya kembali ternyata kepergiannya tertunda dan ia balik ke kampus dua minggu setelah kelas dimulai. Ketinggalan pelajaran mungkin bukan masalah baginya, namun ia terkejut ketika mendapati bahwa kesalahan registrasi di komputer malah menempatkan dirinya di kelas Teater, kelas di mana para mahasiswa diminta untuk tampil di depan kelas di hadapan mahasiswa lainnya. Ia tidak bisa mengganti kelas itu karena terlalu terlambat untuk mengubahnya. Membatalkan atau gagal di kelas tersebut juga bukan sebuah pilihan baik mengingat dirinya adalah penerima beasiswa dan bahwa menerima predikat 'F' akan berbahaya. 
Atas nasihat suaminya, ia pergi menemui dosennya untuk mengambil beberapa alternatif lain untuk tampil seperti penyiapan kostum, dan lain sebagainya. Atas nasehat dosennya bahwa sang dosen akan mencoba untuk membantunya, ia pergi ke kelas berikutnya dan betapa shok-nya dia terhadap apa yang ia lihat. Kelas penuh dengan orang-orang Arab dan "Joki Onta". Ini sudah cukup baginya. Ia kembali pulang ke rumah dan memutuskan untuk tidak akan kembali lagi ke kelas itu. Adalah tidak mungkin bagi dia berada di tengah-tengah orang Arab. "Tidak akan baginya pergi duduk di ruangan itu yang penuh dengan orang-orang kotor kafir !" 

Suaminya seperti biasanya mencoba untuk tenang. Dia berusaha menjelaskan padanya bahwa mungkin Tuhan punya alasan atas semua yang terjadi dan bahwa ia harus berpikir lebih dari hanya sekedar keluar begitu saja. Selain itu, beasiswa telah membayar semua biaya kuliahnya. Dia pergi ke balik pintu dan mengunci diri selama dua hari untuk berpikir dengan jernih. Saat keluar, ia memutuskan untuk melanjutkan kelas. Dia merasa bahwa Tuhan memberi dia sebuah tugas untuk mengubah orang-orang Arab itu untuk masuk ke agama Kristen.

Maka, Ia mendapati dirinya sendiri berada dalam sebuah misi yang harus ia laksanakan. Di kelas, ia akan mendiskusikan tentang ajaran Kristen dengan teman-teman Arabnya yang sekelas. "Saya berusaha menjelaskan kepada mereka bahwa mereka akan dibakar di dalam api neraka selamanya, jika mereka tidak menerima Jesus sebagai penyelamat pribadi mereka. Mereka sangat sabar, tetapi tidak juga pindah. Kemudian, Saya menjelaskan bagaimana Jesus mengasihi mereka dan bahwa dia telah mati disalib untuk menyelamatkan mereka dari dosa-dosa. Yang harus mereka lakukan adalah menerima Jesus ke dalam hatinya." Mereka tidak juga pindah agama, jadi saya memutuskan untuk melakukan sesuatu. "Saya memutuskan untuk membaca kitab mereka, buku-buku mereka untuk menunjukkan pada mereka bahwa Islam adalah agama yang salah dan Muhammad adalah tuhan yang palsu." 


Atas permintaannya, salah seorang mahasiswa Arab itu memberi dia satu salinan Qur'an dan satu buku lainnya tentang Islam. Dengan dua buku itu dia mulai melakukan penelitian, yang kemudian ia teruskan satu setengah tahun kemudian. Dia membaca Al-Qur'an sampai selesai dan 15 buku Islam lainnya, antara lain Sahih Muslim dan Hadis Qudsi. Kemudian ia kembali lagi ke Qur'an dan membaca ulang kembali. Selama penelitiannya, ia menyiapkan catatan untuk mencatat kalau-kalau ada kejanggalan atau sesuatu yang membuat dirinya keberatan untuk selanjutnya bisa ia gunakan sebagai bukti dan bahan argumentasi bahwa Islam adalah agama palsu. 


Tetapi tanpa sadar, Ia mengalami perubahan dari dalam dan walau menurutnya hanya sedikit perubahan itu terutama dalam cara mensikapi sesuatu, ternyata itu tak luput dari perhatian suaminya. "Saya sedang berubah,, hanya sedikit saja tetapi cukup mengganggu dia. Kami biasa pergi bersama-sama ke bar setiap Jum'at dan Sabtu, atau ke pesta, dan tiba-tiba saya malas pergi ke sana. Saya menjadi lebih pendiam dan senang menyendiri. "Saya berhenti minum minuman keras dan tidak mau lagi makan daging babi. Suaminya mencurigai dia dan menuduh telah selingkuh dengan pria lain, "demi seorang pria, seorang wanita mau berubah". Puncaknya, ia diminta untuk pergi, dan segera ia menemukan dirinya tinggal di apartemen terpisah seorang diri. 


Melihat Sekuntum Mawar Merekah - Kelopak demi Kelopak



"Ketika saya mulai mempelajari Islam, saya tidak berharap akan menemukan sesuatu yang saya butuhkan atau saya inginkan dalam kehidupan pribadi saya. Sedikit yang saya tahu tetang Islam yang kemudian mengubah hidup saya. Tak seorang pun pernah meyakinkan saya bahwa saya akhirnya akan damai dan penuh rasa cinta dan suka cita karena Islam."

Sepanjang waktu itu, ia terus lanjut mempelajari Islam dan meskipun ia telah dan sedang berubah secara halus dari dalam dirinya, ia tetap seorang penganut Kristen yang taat. Kemudian pada suatu hari, ada satu ketukan di pintu apartemennya. Tamu itu adalah seorang pria dengan jubah tradisional Muslim, yang muncul di depannya sebagai seorang "pria dengan sorban panjang putih bergaris merah kotak-kotak di kepalanya."Namanya adalah Abdul-Aziz Al-Sheik dan dia ditemani oleh tiga pria lain dengan pakaian yang hampir sama. Ia sangat tersinggung oleh pria yang datang padanya dengan baju tidur dan piyama. Lebih jauh lagi betapa ia sangat terkejut ketika Abdul-Aziz mengatakan bahwa dirinya mengerti bahwa ia sedang menunggu untuk menjadi seorang Muslim. Ia menjawab bahwa ia seorang penganut Kristen dan tidak punya rencana untuk menjadi seorang Muslim. Namun demikian, ia punya beberapa pertanyaan untuk dikemukakan pada mereka pada kesempatan itu.

Atas undangannya, mereka masuk. Ia menyampaikan beberapa pertanyaan dan keberatan yang telah ia catat saat penelitian yang ia lakukan. "Saya tidak akan pernah melupakan namanya.", katanya tentang Abdul-Aziz yang terbukti sangat sabar dan dengan cara yang lembut. "Dia sangat sabar dan mendiskusikan setiap pertanyaan dengan saya. Dia tidak pernah membuat saya merasa bodoh atau bahwa pertanyaan yang saya ajukan tampak begitu dungu. Abdul-Aziz mendengarkan setiap pertanyaan dan keberatan dan menjelaskannya dalam konteks yang lebih tepat."  "Dia menerangkan bahwa Allah menyuruh kita untuk mencari pengetahuan dan bertanya adalah salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Ketika dia menjelaskan sesuatu, terlihat seperti membuka sekuntum bunga mawar--kelopak demi kelopak, hingga akhirnya terlihatlah kemuliaan dan kesempurnaan yang sebenarnya. Saat saya memberitahu dia bahwa Saya tidak sependapat dengan sesuatu dan mengapa, ia selalu mengatakan bahwa saya benar pada titik itu. Dan kemudian ia memperlihatkan bagaimana caranya melihat lebih dalam dan dalam arah yang berbeda untuk memperoleh pemahaman yang lebih utuh."
Tak butuh lama untuk berubah yang tadinya niat mempelajari Islam lebih karena dorongan eksternal, dan kemudian menjadi dorongan bersifat internal, tumbuh dalam dirinya sendiri, untuk semakin tertarik masuk Islam, dalam kurun waktu satu setengah tahun. Akhirnya di hari yang sama, gadis Baptis Selatan (Southern Baptist) Amerika ini mendeklarasikan di depan Abdul-Aziz dan sahabat-sahabat : "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya." Hari itu adalah 21 Mei 1977.

Sebuah Pengorbanan untuk Iman dan Keyakinan


"Saya memeluk Islam sekitar 24 tahun yang lalu dan ketika itu menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi sebagian besar keluarga saya. Reaksi keluarga saya sangat keras dan berat bagi saya sampai-sampai salah satu anggota keluarga saya benar-benar mencoba untuk membunuh saya...  Namun dengan menerapkan Islam dalam hidup saya, dengan hidup dalam Islam, sebagian besar dari keluarga saya sekarang menjadi Muslim. Intinya adalah bahwa ke mana pun Anda pergi, jika anda sungguh-sungguh hidup dengan cara Islam, jika anda menunjukkan Islam, anda akan menginspirasi orang lain. Anda akan mengubah pola pikir mereka."


Perpindahan agama ke Islam, atau dari satu agama ke agama lain pun, bukan sesuatu yang mudah dilakukan.  Kecuali beberapa dari mereka yang beruntung, seorang muslim baru selalu menghadapi konsekuensi yang sangat berat. Mereka yang pindah agama ke Islam menghadapi isolasi atau dikucilkan dari keluarga dan teman-teman, kalau bukan tekanan untuk kembali ke keyakinan keluarganya. Tak jarang, mereka yang pindah agama menghadapi kesulitan ekonomi yang amat berat, terutama pada tahun-tahun awal kepindahan mereka. 


Tetapi kesulitan yang Aminah Assilmi harus lewati dan pengorbanan yang harus ia lakukan demi mempertahankan iman dan keyakinan barunya hampir tak pernah terjadi sebelumnya. Ini benar-benar di luar bayangannya. Hanya sedikit orang yang benar-benar bergantung total pada Allah sebagaimana yang ia lakukan,  berdiri teguh dan menghadapi tantangan, melakukan banyak pengorbanan, dan tetap menjaga sikap positif serta menginspirasi orang-orang di sekitarnya dengan keindahan dari apa yang telah ia jumpai dan yakini.

Dia kehilangan banyak sekali teman, karena bagi mereka Aminah Assilmi "tidak lagi menyenangkan".
Ibunya tidak menerima dirinya menjadi seorang Muslim dan berharap bahwa apa yang terjadi pada putrinya itu hanyalah sesaat dan lambat laun akan berubah dengan sendirinya. 
Adiknya, seorang "ahli kesehatan mental" mengira Assilmi kehilangan akal sehat. Dia berusaha untuk membawa kakaknya itu ke sebuah rumah sakit jiwa.
Ayahnya adalah seorang yang tenang dan bijaksana. Orang-orang akan datang padanya untuk meminta nasehat dan ia bisa membuat orang merasa lebih baik jika sedang kesusahan. Tetapi begitu mendengar putrinya menjadi seorang Muslim, dia langsung memanggul senjata laras ganda dan mulai pergi untuk membunuh dirinya.  "Adalah lebih baik jika ia (putrinya itu) mati ketimbang menderita di dasar neraka." kata ayahnya. 

Sekarang ia tanpa teman dan tanpa sanak keluarga. 
Dia segera mulai pakai jilbab. Hari saat ia mulai memakai jilbab ketika itu, dia ditolak bekerja. Aminah sekarang tanpa keluarga, tanpa teman, dan tanpa pekerjaan. Tetapi pengorbanan terbesarnya belum juga tiba. Masalah belum berhenti sampai di situ.

Dia dan suaminya saling mencintai satu sama lain. Tetapi saat ia mempelajari Islam, suaminya salah mengerti terhadap perubahan-perubahan yang terjadi padanya. Aminah menjadi lebih sabar, tenang, suka menyendiri dan tak lagi mau pergi ke bar. Perubahan-perubahan perilaku Aminah ini terlihat oleh suaminya dan ia dicurigai telah punya hubungan gelap dengan pria lain, dan demi pria itulah Aminah berubah. Ia tidak bisa menjelaskan padanya tentang apa yang terjadi. "Saat itu tak ada cara untuk membuat dia mengerti terhadap perubahan yang terjadi pada diriku karena Saya juga tidak tahu." Akhirnya suaminya minta Aminah pergi dan mulai hidup terpisah. 


Setelah dia membuka diri  dan menerima Islam, keadaan malah bertambah buruk. Perceraian pun tak terhindarkan. Inilah yang terjadi saat di mana Islam sedikit dikenal, sedikit diketahui, dan tidak mereka pahami apa Islam itu sesungguhnya. Aminah memiliki dua orang anak yang masih kecil-kecil yang teramat sangat ia sayangi,  yang sebenarnya dirinya lebih berhak secara sah untuk mengasuh anaknya di bawah hukum AS. Tapi rupanya telah terjadi penyimpangan berat dalam peradilan itu, dan karena ketidakadilan itu pula ia ditolak untuk mendapatkan hak asuh anaknya hanya karena dia menjadi seorang Muslim. Sebelum putusan formal hakim memberi tawaran sulit untuknya : meninggalkan Islam dan memperoleh hak asuh atas anak-anaknya, atau tetap memilih Islam dan kehilangan anak-anaknya. Aminah diberi waktu hanya 20 menit untuk mengambil keputusan.


Dia sangat mencintai dan menyayangi anak-anaknya lebih dari apapun. Baginya anak adalah miliknya yang paling berharga, dan tak bisa dinilai dengan harta berapapun. Ini barangkali mimpi paling buruk ketika seorang ibu diminta secara sengaja untuk meninggalkan anak-anaknya--tidak hanya untuk satu hari, satu bulan, atau satu tahun, tapi untuk selamanya.


Di sisi lain, bagaimana Ia bisa menyembunyikan kebenaran di hadapan anak-anaknya dan hidup sebagai orang munafik? "Saat itu 20 menit yang sangat menyakitkan dalam hidup saya." katanya saat wawancara. Kami semua orang tua, ayah dan ibu, khususnya untuk anak-anak yang masih sangat kecil, tak pernah sedikit pun membayangkan akan berpisah, merasakan hal yang sangat menyakitkan dan sangat menyiksa detik demi detik berlalu dalam 20 menit itu. Satu hal yang menambah rasa sakit itu semakin dalam adalah perkataan dokter, bahwa ia tidak akan pernah bisa punya anak lagi karena komplikasi tertentu. "Saya berdo'a seperti apa yang pernah saya lakukan sebelumnya… Saya tahu bahwa tak ada tempat yang lebih aman untuk anak-anak saya selain di tangan Allah Swt. Jika saya menolak Dia, maka tak ada lagi cara di masa akan datang bagaimana menunjukkan kepada anak-anak saya betapa mengagumkan hidup bergantung pada-Nya."
Aminah memutuskan untuk tetap dalam Islam. Dua buah hatinya--satu anak lelaki yang masih kecil--dan satu lagi anak perempuan yang juga masih kecil--diambil darinya dan diberikan kepada mantan suaminya. 
Untuk seorang ibu, tak ada pengorbanan lebih besar dari ini--sebuah pengorbanan yang ia lakukan bukan demi materi tetapi hanya untuk keyakinan dan Iman ?

"Saya meninggalkan pengadilan saat itu tanpa bayi saya, dan sungguh terasa sangat sulit. Hidup tanpa bayi saya sungguh terasa sangat berat. Hatiku hancur, meski saya tahu, di dalam hati saya, saya telah melakukan hal yang benar". Namun kemudian ia merasa nyaman saat menemukan ayat berikut ini dalam Qur'an :

"Allah! tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Singgasana Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Quran 2: 255)

Pertolongan Allah Sangat Dekat !



"Jilbab mengingatkan orang-orang bahwa Ia bukanlah wanita pengacau. Ini juga memperlihatkan bahwa saya seorang wanita yang punya pemikiran dan saya tahu bahwa saya lebih dari sekedar tubuh. Tidak ada makna pengekangan atas persamaan hak terkait jilbab dan kami tidak ingin anda merasa kasihan karena hal itu."


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : "bilakah datangnya pertolongan Allah ?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Quran 2: 214)


Barangkali atmosfir di Colorado terlalu tipis untuk tegaknya keadilan. Atau mungkin ada rencana Allah yang lebih besar terhadap apa yang menimpa dirinya. Aminah Assilimi akhirnya berjuang kembali dan membawa kasusnya ke media. Meskipun ia gagal untuk mendapatkan hak asuh atas anak-anaknya, satu perubahan terjadi di hukum Colorado bahwa seseorang tidak boleh ditolak untuk memperoleh hak asuh atas anaknya berdasarkan agama yang dianutnya.

Sesungguhnya, cinta dan kasih sayang Allah terlimpah begitu banyak kepadanya, dan sepertinya,  ia diberi ujian dalam memeluk Islam. Itulah yang ia rasakan. Kemanapun ia pergi, orang-orang tersentuh oleh kata-kata indah dan cara-cara Islam dan kemudian menjadi Muslim. 
Dengan menerima Islam, ia secara pribadi menjadi banyak berubah, dan menjadi orang yang jauh lebih baik. Begitu banyak perubahan kebaikan itu sehingga keluarga, kerabat, dan orang-orang di sekitarnya mulai menghargai perangai dan iman yang ternyata membawa perubahan positif pada dirinya. Meski reaksi awal keluargnya sangat buruk, ia tetap berupaya berhubungan dengan mereka dan menyapa mereka dengan hormat dan penuh kerendahan hati, sebagaimana Qur'an perintahkan terhadap Muslim tentang apa yang harus mereka lakukan. Dia mengirimkan kartu-kartu ucapan kepada orang tuanya dalam kesempatan yang berbeda-beda,  dan pada kartu tersebut ia tuliskan kutipan ayat-ayat suci Al-Qur'an atau Hadist tanpa menyebutkan dari mana sumbernya kata-kata indah dan bijaksana tersebut. Tak lama kemudian upayanya mulai memberi pengaruh positif terhadap anggota keluarganya. 
Yang pertama masuk Islam adalah neneknya. Usia neneknya sudah lebih dari 100 tahun. Segera setelah masuk Islam, neneknya meninggal dunia. "Di hari ketika mengucap Syahadat, semua dosa dan kesalahannya dihapus oleh Allah, sedang kebaikannya mendapat pahala. Ia meninggal segera setelah menerima Islam dan Aminah tahu bahwa "buku-buku amalnya" akan lebih berat kepada kebaikan ketimbang sebaliknya. "Ini membuat aku sangat senang !", 
Berikutnya yang menjadi Muslim adalah ayahnya, orang yang dulu ingin membunuhnya setelah ia menjadi Muslim.  Jadi ini seperti kisah Umar bin Khattab. Umar adalah salah seorang sahabat nabi yang pada awalnya sebelum beralih ke Islam telah banyak menganiaya kaum Muslimin. Ketika Umar suatu hari mendengar adik perempuannya menjadi seorang Muslim, ia langsung pergi mengambil pedang untuk membunuh adik perempuannya itu. Tetapi begitu mendengar beberapa ayat suci Al-Qur'an yang ketika itu dilantunkan oleh adiknya tersebut, Umar langsung mengenali kebenaran dan langsung menemui Nabi Muhammad untuk masuk Islam. 
Dua tahun setelah dia (Assilmi) menerima Islam, ibunya menelepon dirinya dan mengatakan bahwa ia menghargai keyakinan barunya itu dan berharap anaknya itu bisa menjaganya terus. Dua tahun berlalu, dan ibunya menelepon lagi dan menanyakan pada Aminah tentang apa yang harus seseorang lakukan dan apa yang dibutuhkan untuk menjadi Muslim. Aminah Assilmi menjawab bahwa orang harus meyakini bahwa hanya ada Satu Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya. "Orang bodoh juga tahu itu. Tapi apa yang harus dilakukan ?", tanya ibunya lagi. Dia menjawab bahwa jika orang yakin dengan itu, maka otomatis ia sudah menjadi Muslim !"  Sampai di sini, ibunya kemudian menjawab, "Baiklah … OK. Tapi tolong jangan beritahu ayahmu dulu, bahwa ibu sudah menjadi Muslim."
Dia (ibunya) tidak tahu bahwa suaminya (ayah Aminah Assilmi) sudah menjadi Muslim dan juga menyampaikan hal yang sama beberapa minggu sebelumnya agar tidak menceritakan keislamannya pada ibunya. Jadi, kedua orang tuanya, ayah dan ibunya, adalah dua orang yang hidup bersama selama beberapa tahun tanpa saling tahu satu sama lain bahwa pasangannya adalah juga seorang Muslim. 


Adik perempuannya yang dulu ingin membawa Aminah Assilmi ke rumah sakit jiwa juga akhirnya masuk Islam. Ia (adiknya) mengatakan bahwa menjadi Muslim ternyata lebih sehat secara mental dan bahkan paling sehat dan satu-satunya cara yang harus dilakukan oleh setiap orang untuk menuju ke sana. 


Putranya, setelah beranjak dewasa, juga masuk Islam. Ketika dia (putranya) berusia 21 tahun, menelepon Assilmi dan mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang Muslim. 


Enam belas tahun setelah perceraian, mantan suaminya juga masuk Islam. Ia (mantan suaminya) mengatakan bahwa selama kurun waktu 16 tahun tersebut ia terus mengamati Assilmi dan ia ingin anak perempuannya juga punya agama seperti agama yang dimiliki ibunya (mantan istrinya). Mantan suaminya menemui Assilmi dan meminta maaf atas apa yang pernah ia lakukan. Ia seorang lelaki yang jantan (gentlement) dan baik hati dan  Assilmi juga sudah lama memaafkannya. 


Barangkali berkah terbesar belum tiba. Assilmi belakangan menikah lagi dengan pria lain, dan vonis dokter yang  mengatakan bahwa ia tidak akan pernah bisa punya anak lagi, terbukti keliru. Allah ternyata menganugerahi dia dengan seorang bayi lelaki yang sangat tampan. Jika Allah (swt) berkehendak menganugerahi hamba-Nya dengan seorang anak, siapa orang yang sanggup mencegah-Nya ? Ini sungguh berkah yang luar biasa dari Allah swt, dan oleh karena itu Assilmi memberinya nama dengan "Barakah".

Pancaran Cinta Illahi



"Tidak butuh waktu lama untuk menyadari betapa luas rahmat dan karunia Allah....  Saya belajar satu hal terpenting dalam hidup saya, tentang bagaimana berbagi kebenaran Islam kepada setiap orang. Tidak peduli apakah seseorang itu Muslim atau bukan, setuju dengan saya atau bahkan menyukai saya. Satu-satunya persetujuan yang saya perlukan adalah hanya dari Allah Swt semata. Kemudian saya menjumpai semakin banyak orang yang tampaknya tanpa alasan mencintai saya. Saya begitu gembira dan bahagia, ingat sesuatu yang pernah saya baca bahwa jika Allah mencintaimu, maka Dia akan menjadi penyebab orang-orang mencintaimu. Saya sungguh merasa tak layak untuk menerima cinta dan anugerah yang demikian banyak. Tapi rasa syukur dan perasaan kecil dari seorang hamba di hadapan Allah, justru kemudian menyebabkan pahala dan rahmat dari Allah semakin besar mengalir. Allah Maha Besar !"


Perjuangan dan pengorbanan Assilmi demi agamanya, demi mendapat ridho Allah luar biasa. Dan Allah swt membalas perbuatan baik hambanya dengan rahmat, karunia, dan pahala yang besar. Keluarganya membuangnya setelah ia masuk Islam, dan sekarang berkat rahmat Allah, sebagian besar dari mereka kini menjadi Muslim. Ia kehilangan banyak teman awal mula masuk Islam, dan sekarang ia dicintai oleh begitu banyak orang. "Teman-teman yang punya rasa kasih sayang dan penuh cinta datang dari mana saja", katanya. Berkat rahmat Allah dan karunia yang besar dari-Nya, ke manapun ia pergi orang-orang tersentuh oleh keindahan Islam dan menerima kebenaran. Baik Muslim dan non-Muslim sekarang banyak yang datang padanya untuk minta nasihat atau konseling. 


Ia kehilangan pekerjaan begitu mengenakan jilbab, dan sekarang ia adalah Presiden dari The International Union of Muslim Women. Ia banyak memberikan kuliah di seluruh negara bagian di AS dan permintaan untuk ceramah begitu tinggi. Organisasi di bawah kepemimpinannya telah berhasil melobi United States Postal Services agar setuju menggunakan "Perangko Idul Fitri", namun upaya itu memakan waktu yang cukup lama. Ia sekarang tengah berjuang agar hari Idul Fitri dijadikan sebagai hari libur nasional. 

Assilmi percaya dan sangat meyakini akan kasih sayang Allah, rahmat dan semua karunia yang diberikan kepadanya dan ia tak pernah kehilangan Iman pada-Nya. Ia pernah sekali didiagnosa mengidap kanker beberapa tahun yang lalu. Dokter mengatakan bahwa kankernya dalam stadium lanjut dan bahwa ia hanya akan mampu bertahan beberapa tahun saja untuk hidup saat itu. Tetapi keimanannya kepada Allah (swt) tetap kuat dan tak tergoyahkan. "Kita semua akan mati. Saya percaya bahwa sakit yang saya alami mengandung hikmah dan kasih sayang Allah di dalamnya." Sebuah contoh yang sangat brilian adalah bagaimana seseorang yang begitu besar cintanya pada Allah, ia menyebut seorang temannya bernama Kareem Al-Misawi yang meninggal karena kanker pada usia 20 tahun :
"Tak lama sebelum ia meninggal, ia memberitahu saya bahwa Allah sungguh Maha Pengasih dan Penyayang.  Pria ini menderita luar biasa namun darinya terpancar radiasi cinta Allah yang sungguh luar biasa. Ia (teman prianya) itu mengatanakan : "Allah ingin aku masuk surganya dengan satu buku amal yang bersih. "Pengalaman kematiannya sungguh membuat saya berpikir sesuatu. Ia mengajarkan pada saya tentang Cinta dan Kasih Sayang Allah". 

Segala puji bagi Allah, dan Assilmi masih tetap hidup hingga kini dalam keadaan sehat. Sekarang ia malah berpikir bahwa mengidap kanker justru merupakan anugerah terbesar yang pernah ia miliki.


Kisah Assilmi adalah sebuah cerita tentang Iman dan Keyakinan. Ini adalah sebuah kisah tentang ujian berupa  kesengsaraan, dan juga kesuksesan. Sebuah kisah tentang kemenangan Iman. Cerita yang menginspirasi kita semua, dan itu adalah kisah tentang keyakinan dan kebergantungan pada Allah.  Ini adalah kisah cinta dan kasih sayang Allah, dan itu adalah kisah tentang janji Allah yang menjadi kenyataan. "Benar, Allah telah menguji saya sebagaimana yang dijanjikan, dan memberi rizki dan penghargaan pada saya jauh melebihi apa yang saya harapkan". 


Semoga Allah SWT terus melimpahkan rahmat dan dengan kasih sayang-Nya, kemurahan-Nya, dan berkah pada para Muslimah yang luar biasa. Semoga Allah memberikan umur panjang dan memungkinkan dia untuk melakukan pekerjaan lebih banyak dan lebih banyak lagi untuk Islam. Semoga Allah merahmati lebih banyak manusia, dengan cerita dan contoh, dan mengubah hati mereka untuk lebih condong pada Kebenaran, Kasih sayang-Nya, dan cinta-Nya.  



Bibliography:


Aminah Assilmi, Choosing Islam (The Introduction and Decision)
Scripps Howard News Service: Former Baptist Explains why she is now a Muslim, Nov 1, 1997
The Post (Ohio Univ Student Newspaper), Veil is Not Oppressive, Oct 25, 1995
Aminah Assilmi, Getting to Know Allah Through Nature (video)
Welcome Back, a radio interview of Aminah Assilmi by Islamic Foundation of America, August, 2001
Oleh Mushfiqur Rahman, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Wiji Alfianto.

______________________________________________________


Lihat Video Aminah Assilmi : 

1.   Aminah Assilmi (R): My Family Wanted to Kill Me, Now They're Muslim


2. Aminah Assilmi : A bit on Islam and Women's Rights


3. Aminah Assilmi : Islam  - The True Liberator of Women (Part 1 of 5)



4. Aminah Assilmi : Islam  - The True Liberator of Women (Part 2 of 5)


5.  Aminah Assilmi :  Islam  - The True Liberator of Women 
(Q & A Session, Part 3 of 5)


6. Aminah Assilmi :  Islam  - The True Liberator of Women 
(Q & A Session, Part 4 of 5)



7. Aminah Assilmi :  Islam  - The True Liberator of Women 
(Q & A Session, Part 5 of 5)



No comments:

Post a Comment